Cari Blog Ini

About Me

Sabtu, 13 Oktober 2018

REVIEW FILM VENOM : Dibuat Kesal Dengan Eddie Brock - SPOILER ALERT

Pict By Marvel


Kalau ada yang kesal dengan film Venom sini unjuk tangan. Bergabung bersama saya yang kesal. Marah. Jijik. Dan muak. Tapi, anehnya saya tonton film itu sampai selesai. Sambil nunggu jam rapat 10 malam.


Marvel selalu punya ciri khas untuk mendeskripsikan tokoh-tokohnya. Dan hampir selalu. Dibuat kesal oleh deskripsi awal. Sama perasaan kesal ini selalu kesel sama pemeran utamanya. Perasaan ini tuh, selalu ada ketika saya nonton Iron Man, Thor, dan tokoh-tokoh hero lainnya.

Spoiler alert.

Jadi Venom ini berkisah soal Eddie Brock seorang wartawan yang idealis. Yang menghalalkan segala cara untuk membuktikan sebuah spekulasi. Dia tipikal orang yang memang ambisius dan pemberani. Ini kesan awal yang saya dapatkan dari sosok Eddie Brock.

Sebagai wartawan, saya mulai mengidolakan Eddie sebagai wartawan. Awalnya ya.
Sampai pada dia akhirnya mengetahui sebuah rahasia besar dari lab milik ilmuan terkenal, Carlton Drake.

Carlton Drake ini juga sama ambisiusnya seperti Eddie Brock. Rasa ambisius itu membuat dia keukeuh ingin menguasai dunia. Melalui penemuan-penemuan dia. Dan nggak jarang cara yang dia gunakan itu ekstrim. Menghabiskan banyak nyawa yang nggak tahu apa-apa. Sasarannya adalah tunawisma.

Kemudian, Eddie Broke punya pacar namanya Anne Weying. Saya agak bingung ini Anne bekerja sebagai apa. Tapi kayaknya berkaotan dengan lab milik Drake. Soalnya, suatu malam, Eddie buka email dari kantornya Anne. Isinya soal status tunawisma yang meninggal secara rahasia di lab milik Drake. Dari situlah Eddie tahu, kayaknya ada yang salah sama lab ini.

Singkatnya, Eddie diminta redaksi untuk wawancara Drake. Pertanyaannya seputar roket yang dia buat untuk mempermudah penelitian mereka. Roket inilah yang juga memiliki andil penemuan seputar 'penyatuan' antar alien dan manusia. Sayangnya ilmuan yang bekerja di lab Drake bilang ini bukan alien. Mereka sebutnya Simbiot.

Karena Eddie ini rada beubeul anaknya, dia tanya soal isu percobaan ilmiah terhadap manusia di dalam lab Drake. Ya sebagai salah satu orang berkuasa, Drake akhirnya bertindak. Diusirlah Eddie, dipecatlah dia. Kemudian, Anne yang juga jadi dalang (yang nggak disengaja) dipecat dari pekerjaannya.

Disinilah saya merasa kesal sama Eddie. Egois banget nggak sih.

Eddie berada di dalam posisi terendah. Hidupnya akhirnya nggak jelas. Saya sebagai penonton yang kesal sama ini orang ya ketawa-ketawa aja. Emang enak. Suruh siapa nggak pikir-pikir kalau bertindak. Ditinggal kantor, rumah dan pacar. Dia nelangsa.

BTW, Drake ini punya asisten. Namanya Dora. Perempuan cantik ini merasa terus menerus nggak nyaman bekerja di lab Drake. Dia merasa kalau hal yang dia lakuin itu salah. Akhirnya, dia bertemu dengan Eddie. Dia minta tolong buat memecahkan masalah ini.

Dibawalah Eddie ke Lab milik Drake.

Dan, Venom lahir dari lab itu. Jadi sebenarnya daging Alien atau Simbiot ini bisa nempel di tubuh manusia. Kaya parasit. Dia bisa mengatur tubuh manusia yang ditempelin. Dari empat simbiot yang diambil oleh Drake, cuma dua yang tersisa. Simbiot atas nama Venom dan simbiot atas nama Riot. Nah mereka berdua ini Simbiot yang berbeda pendapat. You know lah ya.

Simbiot ini cuma bisa hidup di tubuh yang sesuai. Kalau nggak sesuai, ya mereka berdua mati. Manusia dan simbiot yang nempel.

Kebetulan ini simbiot sesuai dengan tubuhnya si Eddie dan Drake. Yah sampai sini paham kan? Film Hero emang ketebak. Endingnya pun ya ketebak. Ujungnya ya mereka berantem. Berebut mana yang hak dan batil. Berebut kemenangan.

Yang menang ?
Ya Venom.
Tahulah ya itu mah.

Untuk ke review.

Bicara film Marvel yang satu ini. Kalau kamu semua mau cari hint serial Avenger. Saya kasih tahu, nggak ada sama sekali. Kayaknya Marvel mau menciptakan satu yang baru setelah seluruh anggota Avenger mau istirahat. Kaya mau membuat suatu yang baru yang berebeda. Yang nantinya mungkin akan menambah jajaran member hero-nya Marvel.

Makanya saya masih rada asing sama ini film Marvel. Dari segi design, lighting, grafis ya Marvel punya. Cuma jalan cerita yang kayaknya emang ada yang nggak lengkap. Terburu-buru dan antiklimaks. Kalau nggak ketolong sama uniknya sifat Venom mungkin film ini garing banget.
Sepanjang film ini berlangsung, yang paling berkesan adalah ketika Eddie does everthing he is not yet. Kaya makan orang. IYA MAKAN ORANG MAKANYA SAYA BILANG JIJIK.

Sama seperti nonyon Deadpool. Tapi nggak semenjijikan film Venom. Padahal itu muka Deadpool jeleknya minta ampun. Tapi ngga bikin saya kesal.

Saya berekspetasi banyak soal film ini. Tapi effort Marvel nggak terlalu maksimal. Garam dari film ini nggak ada. Gulanya kebanyakan. Terus airnya mbanjir. Menyebalkan.

Intinya, film ini seru. Tapi nggak, bisa dua kali nonton. Sekali aja cukup. Mual-mual kalau keseringan. Ewh.

Oke langsung saja ke reviewnya yah.
🌟🌟🌟--

Originally Me


*Tulisan ini juga dipublikasi dalam akun wordpress saya di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar