Cari Blog Ini

About Me

Sabtu, 24 September 2016

Selalu Ada Kiblat #part1

Sumber gambar: Merdeka.com
Selalu ada kiblat.
Akhir-akhir ini udah mulai booming pemilihan wakil daerah di tipi2 masyarakat (kecuali tipi rumah saya karena isinya sinetron semua padahal ada 3 biji). Saya merasa tergelitik buat bahas ini,  jujur ini bukan passion saya atau kesukaan saya. Tapi saya kaya tiba-tiba merasa tertarik karena *akhirnya* saya paham, saya mencari, saya mengerti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.


Banten dan Jakarta menjadi salah dua daerah yang akan mengadakan pemilihan pada Bulan Febuari tahun 2017. Karena itu saya tertarik dan tergelitik. Banten adalah tempat saya lahir dan besar, Jakarta adalah jantung Negara saya lahir dan tumbuh. Selain itu, hampir di setiap portal berita menanyakan, menayangkan, menyatakan bentuk bentuk dukungan pada satu atau dua calon wakil rakyat yang digadang-gadang akan diusung oleh partai pilihan yang mana juga menjadi spongsor tetap portal tersebut, simbiosis mutualisme. Jadi mau nggak mau atau emang saya maunya, mengikuti perkembangan yang terjadi.
Jakarta mengusung 3 calon yang mana metoda pemilihan harus dimenangkan oleh cagub dan cawagub yang memperoleh suara 50%+1, jika tidak maka akan diadakan lagi pemilihan periode ke dua sampai ada cagub dan cawagub yang mampu memperoleh suara demikian. Menarik. Adapun tiga pasangan yang diusung adalah Ahok dan Djarot (PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura) kemudian Agus Yudhoyono dan Sylvia Murni (Demokrat, PAN, PPP dan PKB) dan yang terakhir adalah Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (Gerindra dan PKS).
SAya mengikuti kisah mereka di TV dan portal berita,  menyusuri profil mereka,  menunggu dengan was was siapa yang akan dicalonkan dan kecewa. Jujur saya adalah pendukung Sandiaga Uno sejak saya nonton DKI bersama Rosi. Saya ga peduli dia masuk partai mana pada saat itu,  yang ada di fikiran saya,  Uno adalah orang yang memiliki Wibawa dalam memimpin, merelakan segala tahta yang dia bangun untuk membagi tahta lain bersama masyarakat Jakarta. Kalau saya tidak tertipu, saya benar benar akan memuji Uno sebagai manusia yang berhak memimpin Jakarta, tapi karena saya sampai detik ini masih percaya dan nggak percaya tentang politik, jadi saya sebatas semoga jika Uno benar menjadi gubernur (pada saat itu Uno memang digadang menjadi gubernur)  apa yg dia misikan terwujud. Saya fikir saya sevisi dan semisi (ya siapa lo sih cha,  warga Jakarta aja bukan).
Di postingan kali ini,  saya cuma ingin mengeluarkan unek-unek saya sebagai warga yang baik,  tanpa berusaha mencela dan masuk ke dalam lingkaran yang menarik saya mengekspresikan kekecewaan dengan anarkis dan tidak benar. Jadi saya akhirnya mencoba untuk mengesprsikan bentuk pendapat saya melalui media yang saya suka. Menulis.
Ahok dan Djarot memang sudah menjadi topik hangat di kalangan warga Jakarta, jangankan Jakarta,  saya yang tinggal di Serang pedalaman saja mendengar publikalitas dari Ahok dan Djarot. Media TV mempermudah saya untuk menangkap berita yang sangat hangat.  Saya beberapakali melihat berita di sela-sela jadwal kosong sinetron dan serial India. Saya tepatnya lupa apa yang diberitakan,  tapi saya dengar dan lihat bahwa simpatisan PDIP menyuarakan dukungannya kepada Ahok dan Djarot ketika ditanya bagaimana pembenaran atas berita dan kesimpangsiuran Risma masuk ke bursa pemilihan Jakarta. Pada saat itu,  tidak ada yang membenarkan dan tidak ada yang menyalahkan,  mengambang,  warga diminta menebak-nebak siapa yang akan PDIP usung,  apakah Ahok Djarot atau Risma dan yang lain atau bahkan porsi lengkap Risma dan Ahok.
Nama Ahok booming dibicarakan setelah ia memilih pindah dan move on dari Belitung ke Jakarta ketika akan mencalonkan diri menjadi cawagub yang dipasangkan dengan bapak presiden kita. Diangkatnya bapak presiden di tengah tugasnya menjadi gubernur Jakarta membuat Ahok naik jabatan menjadi gubernur Jakarta pada tahun 2014. Pada saat itulah Ahok seringkali dibicarakan, dibahas dan disudutkan. Tidak ada yang salah dari metode pemerintahan yang Ahok jalankan, hanya saja dia terlalu lugas mengeluarkan pendapat, terlalu terang melakukan pekerjaannya dan terlalu kasar untuk seukuran pemimpin kebanyakkan. Kalau bisa disamakan, Ahok seperti Trumpnya Indonesia. Saya bukan pendukung Ahok, selain karena saya Sandiaga Uno biased,  saya juga orang yang religius. Ahok bukan kafir,  tapi dia bukan Islam. Di agama saya, kami dilarang memilih pemimpin yang bukan islam. Tapi jika dibandingkan,  Ahok lebih baik daripada pemimpin yang sengaja menjadi islam agar bisa dijadikan pemimpin. Dia tidak berpura-pura.
Prestasi dan prestise Ahok memumpuni, dia bisa membuktikan bahwa jabatannya tidak ia siasiakan. Ia bekerja keras, mengubah Jakarta menjadi lebih baik, dan selama pemerintahannya ditambah dengan pemerintahan bareng pa presiden, ada banyak yang berubah dari Jakarta. Saya bersyukur atas itu. Ahok patut dipilih jika dilihat dari prestasi apa yang dia lakukan, kalaupun tidak semoga mereka memilih sesuai visi misinya.
Tengah malam pada Jumat dini hari saya terkejut, bias saya, idola saya, Yoo Shijinnya Indonesia, mencalonkan diri menjadi Cagub Jakarta dengan partai pengusung Demokrat, PPP, PAN dan PKB. Saya pikir saya mimpi,  jadi paginya saya buka lagi detik. Com dan beritasatu apa benar ini Mas Yusijin ini mencalonkan diri. Ternyata benar, Yusijin bukan lagi Yusijin. Saya nggak tau harus berkespresi seperti apa, yang jelas, mencalonkan diri sebagai Cagub DKI yang dipilih Agus Yudhoyono adalah hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Lalu saya juga berpikir, apa nggak ada yang lain sehingga bapak mantan presiden ini mencalonkan Mas Agusijin? Apa beliau memaksa anaknya?  Tidak ada yang tahu, yang jelas saya merasa kayanya penyakit Banten mulai meraja lela. Kedinastian, kolusi antar keluarga, kerajaan, Monarki. Itu yang tergambar di dalam benak saya ketika Demokrat memastikan bahwa Agusijin dicalonkan dan akan berhenti dari kemiliteran.
Di tengah keterkejutan saya, saya merasa bangga kepada Agus yang akan saya hentikan menyebut Agusiji. YOO si jin tidak pernah mengubah titel tentaranya untuk masuk ke parlemen, Agus bukan lagi menjadi Yoo sijin versi Indonesia. Agus sudah memilih,  karir kemiliterannya ia terbangkan untuk bisa terjun bersama rakyat Indonesia. Ia memilih untuk menjadi pegawai yang seluruhnya akan menjadi Abdi negara secara nyata. Ia siap dipublikasikan. Kalau saya bisa usil, saya akan bilang,  mungkin Mas Agus lelah tidak terpublikasi padahal usahanya sangat nyata, pegang pistol, senapan dan granat tapi nggak banyak orang tahu. Saya hargai, anak muda seperti Agus memilih pilihan sulit,  antara karir emas atau mengabdi kepada masyarakat. Patut dipilih, jika kita mengingkan pemimpin berjiwa besar, ikhlas dan matang.
Karie Agus di masyarakat tidak bisa digambarkan.  Ini akan menjadi pengalaman pertamanya untuk menjadi sosok wakil rakyat. Saya juga tidak tahu apa visi misi beliau menjadi cagub. Yang jelas dia pengen Jakarta bebas macet dan banjir. Kasus pelik yang bertahun-tahun belum bisa diselesaikan oleh wakil rakyat manapun. Ahok sekalipun. Masa kampanye selama 5 Bulan ini harus segera dimanfaatkan dengan baik oleh Agus. Bukan berarti dia tidak dikenal masyarakat sehingga beliau harus memasarkan namanya agar lebih bisa dikenal publik. Agus butuh pembuktian, apa yang harus ia dapatkan sehingga warga Jakarta bisa memilih beliau.
Yang terakhir adalah Anies Baswedan,  bapak pendidikan era modern. Tadinya saya mau menerangkan Sandiaga Uno, my biased ultimate dan beliau juga mirip sama dosen kesayangan saya,  favorit saya Bapak Sayifullah yang sekarang menjabat sebagai Sekjur Ekbang Untirta hehehe. Tapi nggak adil karena semuanya yang saya terangkan adalah cagub.
Anies Baswedan adalah tokoh masyarakat, pelopor pendidikan Indonesia yang dulu saya lebih kenal dengan presiden Indonesia mengajar. Saya senang ketika bapak Anies diutus menjadi menteri pendidikan. Saya yakin akan ada revolusi keseluruhan di bidang pendidikan jika bapak Anies melanjutkan jabatannya pada peirode Jokowi ini. Saya heran kenapa Pak Anies ini diberhentikan beberapa Bulan lalu. Saya pikir tidak ada yang salah dalam kinerjanya, sebagai masyarakat biasa, keberhasilannya sebagai menteri belum bisa dikatakan tidak berhasil atau berhasil karena umur jabatannya masih seumur jagung. Belum juga terealisasikan revolusi itu,  pa Jokowi memberhentikan Pak Anies.
Pada saat Anies Baswedan di usung menjadi partner Sandiaga Uno, saya berpikir apakah pemberhentian Pak Anies ini sudah direncanakan sebelumnya mencegah adanya pergeseran di masyarakat sehingga ia mundur lebih dulu jauh sebelum pemilu cagub DKI ini menjadi pusat perhatian masyarakat. Seperti yang kita tahu,  politik penuh kejutan yang akan menyebabkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pro kontra yang mengakibatkan kegiatan anarkis dan menyalahi norma aturan yang berlaku. Pak Anies menghindari hal tersebut sehingga ia berhenti terlebih dahulu. Itu hal yang pertamakali muncul ketika Gerindra dan PKS mengusung pak Anies sebagai partner Uno.
Saya yakin visi kisi yang akan dikeluarkan pak Anies akan berkaitan dengan pendidikan.  Meskipun belum resmi dikeluarkan, saya yakin seratus persen akan ada revolusinlain di bidang pendidikan yang akan diusung oleh pak Anies. Tapi yang menjadi topik pemikiran saya selanjutnya yang mampu menarik perhatian saya sehingga saya ingin sekali menjadi relawan Pak Anies dan Pak Uno ini adalah visi misi dari pengusaha berhasil kita,  Sandiaga Uno. Di mana saya berharap akan ada kegiatan UMKM yang diusung dan banyaknya lahan pekerjaan yang bisa dijadikan tempat bekerja warga Jakarta. Mari kita lihat bagaimana kelanjutannya.
Wakil Rakyat adalah sebuah wadah yang bisa menanggung aspirasi, kretifitas, kritik, saran dan keluh kesah rakyat. Yang mana kita harapkan siapapun nanti pemenangnya,  bisa mewakili segala yang dibutuhkan oleh masyarakatnya.
Postingan ini diperuntukkan untuk saya yang ingin sekali menyalurkan aspirasi saya yang bukan warga Jakarta terhadap boomingnya pemilihan umum di Jakarta. Saya tidak tahu siapa yang akan menang,  visi misi mereka berbeda,  tidak ada yang tahu mana yang lebih dibutuhkan oleh warga Jakarta. Namun yang saya harapkan siapapun gubernurnya semoga visi misi seluruh cagub dan cawagub bisa direalisasikan. Sebab ini bukan pertandingan melainkan siapa yang yang lebih dipercaya oleh Warga bisa membangun Jakarta yang lebih baik.
Postingan selanjutnya saya akan mengutarakan pendapat tentang cawagub Jakarta. Yehet,  Sandiaga Uno pasti aka menjadi topik terpanjang yang akan saya ceritakan.
Sesungguhnya dimanapun kita berada,  akan ada kiblat di sana.

3 komentar:

  1. Hehe jadi yg pertama komen nih smoga jadi yg pertama juga di hati *oops.
    Sungguuuh mengejutkan atas ketertarikanmu dalam dunia politik, secara pribadi cukup terkejut jg dgn pasangan2 yg akan di calonkan sebagai cagub dan cawagub DKI JKT yg beberapa nama sempat tak diduga, tapi yg paling penting semoga JKT mendapatkan pemimpin yg berakhlak khul kharim, tak berpaham neo kolonialisme & imperialisme. Aamiin

    BalasHapus
  2. Hehe jadi yg pertama komen nih smoga jadi yg pertama juga di hati *oops.
    Sungguuuh mengejutkan atas ketertarikanmu dalam dunia politik, secara pribadi cukup terkejut jg dgn pasangan2 yg akan di calonkan sebagai cagub dan cawagub DKI JKT yg beberapa nama sempat tak diduga, tapi yg paling penting semoga JKT mendapatkan pemimpin yg berakhlak khul kharim, tak berpaham neo kolonialisme & imperialisme. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin Ya Robbal Alamin.
      bukan tertarik sih Jay, cuma emang butuh dibahas karena ngunek. Dan lumayan karena ini bentuk aspirasi yang disemogakan.
      iya Jay pertama di hati kok mengkategorikan hahaha.

      Hapus